Google
 
Kabar HIPPMIB Bersatu Jakarta

Minggu, 29 Maret 2009

Tsunami Air Tawar Terjang Tangerang .:. 63 Tewas 80 Hilang 317 Luka-Luka

Musibah alam dahsyat kembali terjadi. Kali ini, air bah Situ ( danau) Gintung mengamuk di Cirendeu, Tangerang, Banten. Lokasi kejadian itu berada di pemukiman padat yang dihuni sekitar dua ribu warga. Jaraknya hanya 15 menit menggunakan kendaraan bermotor dari kawasan elit Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Situ Gintung jebol kemarin pagi bertepatan dengan waktu salat Subuh. Sekitar dua juta kubik air menghempas tiga desa dan satu perumahan elit Cirendeu Permai. Hingga pukul 21 tadi malam, posko utama penanggulangan bencana Universitas Muhammadiyah Jakarta mencatat korban tewas mencapai 63 orang. "Yang teridentifikasi 58, yang lain belum," ujar Kepala Posko Dr Rahmat Salam yang stand by di lokasi kejadian..
Menurut Rahmat, kemungkinan korban bertambah sangat besar. "Masih ada mahasiswa kami yang hilang, terutama yang berada di kos-kosan. Jumlahnya sekitar 45 orang, belum lagi warga yang masih mencari kerabatnya," katanya. Posko mencatat laporan orang hilang sudah mencapai 80 orang.
"Karena hujan lebat dan angina kencang, pencarian kami hentikan sementara. Akan dilanjutkan besok pagi," kata Rahmat. Posko UMJ menjadi lokasi sentral yang mengkoordinasi bantuan yang mengalir sejak pagi. Danau Situ Gintung terletak sekitar 800 meter di selatan kampus UMJ. Karena letaknya di cekungan, kampus milik Muhammadiyah itu rusak parah. Gedung rektorat UMJ jebol dan genteng-gentengnya hilang.
Rumah-rumah yang terletak dalam satu deret di jalan Haji Juanda yang menghubungkan kampus UMJ dan Situ Gintung rata dengan tanah. "Di lokasi itulah mahasiswa kami hidup sehari-hari di kos-kosan. Karena kejadiannya pagi sekali saya kira mereka belum siap," kata Dekan Fisip UMJ itu.
Air bah itu mulai menerjang sekitar pukul 04.40. Zaenuddin, warga Jl Haji Juanda, Cirendeu yang rumahnya hilang tersapu mengaku mendengar suara kentongan sekitar pukul 03.00. "Saya kira itu ronda biasa, arahnya dari kampung Situ di dekat danau," katanya saat ditemui Jawa Pos di posko evakuasi resimen mahasiswa (menwa ) UMJ.
Saat hendak menjalankan salat Subuh, tiba-tiba Zaenuddin mendengar suara gemuruh. "Saya buka pintu langsung kena air, saya pegangan meja makan," kata bapak dua anak itu. Dia selamat karena tersangkut pohon besar yang rubuh tepat sebelum Sungai Pesanggrahan.
"Saya ingat ada dua mobil Avanza yang hanyut disamping saya," ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang servis barang elektronik itu. Belasan mobil memang tersangkut bersama reruntuhan bangunan. Barang-barang elektronik seperti televisi juga hanyut
Air juga sampai di perumahan elit Cirendeu Permai yang terletak di seberang Kali Pesanggrahan. Rumah-rumah yang rata-rata bertlantai dua terendam hingga satu meter. Beberapa mobil yang diparkir di garasi juga rusak dan saling tindih.
Soal penyebab pasti musibah, Direktur Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Iwan Nursyirwan mengatakan, tinggi air yang mampu diatasi oleh tanggul Situ Gintung hanyalah dua sampai tiga meter. Pada saat tanggul jebol, diperkirakan volume air mencapai 5-7 meter.
Saat itu, kata Iwan, hujan mengguyur bagian hulu di Bogor sejak pukul 16.00 hingga 21.00 Kamis (26/3). Air kemudian terkonsentrasi dan berkumpul di Pesanggrahan. Jumlah air lama-lama tidak tertampung pada saluran pelimpahan (spill way) di tanggul Situ Gintung. "Jumlah air yang melewati sebanyak 1,5 juta kubik dan keluar menjadi banjir bandang di hilir yang padat pemukiman," kata Iwan.
Iwan mengatakan peruntukan tanggul telah berubah dari saat kali pertama dibangun pada 1930-an. Awalnya, kata dia, tanggul digunakan untuk saluran air. Namun, itu akhirnya berubah menjadi konservasi air. Pembangunan tanggul dilakukan berdasarkan curah hujan pada 1910-1960an. "Saat itu cuacanya masih bagus. Jauh berbeda dengan sekarang," katanya.
Ratusan tentara dari Kesatuan Marinir dan Kostrad dikerahkan untuk melakukan evakuasi warga yang luka-luka maupun yang tewas. Beberapa yang ditemukan langsung dikirim ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Namun, upaya evakuasi ambulance dan kendaraan pengangkut terhambat karena ratusan warga berkumpul di jalan-jalan yang sempit.
Jalan Ciputat Raya menuju Lebak Bulus juga macet total. Hingga tadi malam, di beberapa kampung, PLN masih menghentikan pasokan listrik. "Kita memang minta agar listrik distop dulu karena banyak kabel yang putus," kata Dr Rahmat Salam.

SBY Sidak
Mendengar adanya bencana jebolnya tanggul Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang Provinsi Banten, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung menghentikan sementara cuti kampanyenya. SBY memutuskan untuk meninjau lokasi bencana sebelum melanjutkan kampanye partai demokrat.
Pagi kemarin, SBY sempat menghadiri kampanye partai demokrat di lapangan Gazibu Bandung. Selesai kampanye di Bandung, SBY melanjutkan perjalanan untuk kampanye ke Serang, Banten. Di rest area KM 62, Tol Cikampek, rombongan SBY yang naik bus kampanye partai demokrat berhenti.
Di tempat tersebut SBY melepas baju birunya dan menggantinya dengan kemeja merah. SBY berperan lagi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Kemudian SBY memberikan pernyataan kepada wartawan.
"Atas nama negara saya mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban. Semoga arwah saudara kita yang meninggal diterima di sisi Allah SWT," kata SBY.
Yang kedua, kata SBY, sistem telah berjalan. SBY mengaku pagi itu telah berkomunikasi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sudah berada di lokasi bencana. Disamping itu SBY juga memerintahkan Menkes Siti Fadillah Supari dan Mensos Bachtiar Chamsyah untuk mengerahkan jajarannya menangani korban.
"Meski sistem sudah bekerja, saya break sebentar kampanye saya untuk melihat langsung ke lokasi dalam kapasitas saya sebagai presiden RI," kata SBY.
Untuk menuju lokasi bencana ternyata tak mudah bagi SBY. Sejak perempatan Lebak Bulus hingga ke lokasi bencana, terjadi kemacetan parah. Kendaraan SBY tak bisa menembus kemacetan tersebut. SBY pun memutuskan untuk meninggalkan mobilnya dan membonceng motor pengawal presiden.
Pemandangan seperti itu pernah terlihat saat SBY akan menghadiri pembukaan balap motor A1 di Sentul, Bogor, 12 Februari 2006 lalu. Saat itu SBY juga terjebak kemacetan dan memutuskan memboceng motor pengawal presiden. Berkat motor pengawal itulah SBY bisa tiba lebih cepat di lokasi bencana. Di tempat tersebut SBY sudah disambut oleh Wapres Jusuf Kalla, Menko Kesra Aburizal Bakrie, dan Menkes Siti Fadillah Supari.
SBY berada di lokasi bencana sekitar 20 menit. Di tempat tersebut SBY menemui keluarga korban, para pengungsi, dan melihat kerusakan yang diakibatkan jebolnya tanggul Situ Gintung.
"Saya langsung melihat di sini serta mendengar laporan dari wapres dan menteri-menteri lainnya. Ini betul-betul musibah. Suatu tekanan air yang tidak terduga-duga karena tingginya air di waduk ini, sehingga kedepan, sistem tanggap darurat berjalan termasuk bagi keluarga yang mengalami kerusakan rumah dan sebagainya," kata SBY usai meninjau lokasi bencana.
Menurut SBY, yang terpenting saat ini adalah perawatan bagi yang sakit, dan penanganan bagi mereka yang berada di pengungsian. "Makanan, minuman, air bersih, dan obat-obatan harus tersedia," kata SBY. Untuk tanggung yang jebol, kata SBY, akan dibangun kembali. "Kita pikirkan kembali konstruksinya agar tidak mengkhawatirkan," katanya.
Secara terpisah, Kepala Pusat Penanggulangan Bencana Depkes Rustam S Pakaya mengatakan, Depkes lebih memprioritaskan kebutuhan darurat seperti air bersih dan makanan sehat.
"Selain mengalami luka-luka bencana. Mereka juga terdiagnosa mengalami patah tulang luka lecet karena benturan, kena ispa dan diare," ujarnya. Mereka yang mengalami luka telah mendapatkan perawatan di tujuh pos kesehatan di lokasi bencana.
Rustam menambahkan, pihaknya akan terus memantau dan memberikan bantuan sebisa mungkin terhadap korban. Jenazah disemayamkan di RS Fatmawati sekitar 21 orang. Satu orang korban belum berhasil teridentifikasi.
Hingga pukul 19.00, korban yang dirawat di IRD RS Fatmawati tersisa empat orang. Menurut Wakil Kepala Bidang Pelayanan IRD Ugi Sugiri, enam pasien telah pulang lantaran kondisinya membaik. "Sedangkan pasien yang meninggal di IRD ada dua orang. Lain lagi dengan jumlah korban yang meninggal di kamar jenazah," terangnya.
Saat ini, kata Ugi, pihaknya masih terus menunggu kiriman korban. "Kami siap menangani dan memberi bantuan," imbuhnya. Berdasarkan analisisnya, korban yang meninggal akibat sesak pernafasan atau pneumonia. Demikian pula dengan korban yang berhasil diselamatkan.
"Rata-rata mereka terserang pernafasannya. Mereka tersedak air dalam jumlah banyak," jelas dia. Menurutnya, jika pasien ditangani dengan cepat, tingkat kesembuhannya cukup tinggi. "Yang sudah pulang enam. Mudah-mudahan yang lain menyusul," ujarnya.
Di bagian lain, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nahdian Furqon mengatakan, tragedi Situ Gintung adalah bukti kelalaian pemerintah. Sebab, tanggul tersebut sudah menunjukkan gejala jebol pada November lalu. "Saat itu ada kebocoran di tanggul. Itu terjadi karena ada keretakan tanggul. Tapi saya lupa di bagian mana," kata Nahdian.
Namun, imbuh Nahdian, setelah penemuan kebocoran tersebut tidak ada tindak lanjut dari pemerintah. Tanggul tersebut dibiarkan tanpa perbaikan. Padahal, kata dia, kapasitas tanggul terus bertambah hingga jauh dari kapasitas maksimal ketika tanggul dibuat pada 1930an.
Tanggul tersebut, kata Nahdian, sudah jelas beresiko tinggi. Apalagi tak jauh dari tanggul terdapat pemukiman penduduk. "Mestinya kan ada sistem informasi untuk memberitahu apabila ada musibah," katanya.
Karena itu, dia menilai tragedi Situ Gintung lebih banyak disebabkan human error, dalam hal ini pemerintah. "Pemerintah jelas tahu kemungkinan-kemungkinan buruk itu. Tapi mereka melakukan pembiaran dan lalai," tegasnya.

Baca selanjutnya..

Sabtu, 28 Maret 2009

Hadirilah Acara.................
DIALOG KEBANGSAAN

"Menyongsong Fajar Baru Indonesia"

BALAI SARBINI, 20 Mei 2009
Acara ini Di Persembahkan oleh HIPPMIB JAKARTA.




Baca selanjutnya..